Minggu, 06 Maret 2016

putri cempa

Sejarah Putri Cempo di Desa Bonang


Setengah riwayat menyebutkan bahwa Putri Campa nama aslinya Dewi kasyifah putri S. Ibrahim Asmarakandi. Ketika masih kecil Putri Campa pergi menutut ilmu hingga sampai di negeri Campa. 

Seorang ahli sejarah meyebutkan bahwa Campa terletak di Kamboja (Indocina ), tetapi yang lain menyebutkan bahwa Campa terletak di Aceh.

Di Negara Campa tersebut Kasyifah diambil anak angkat oleh seorang Tionghoa (Cina). Setelah diambil sebagai anak angkat, nama Kasyifah diganti dengan nama Indrawati. Setengah riwayat juga meyebutkan bahwa Kasyifah juga bernama Asiyah.

Oleh orang Cina tersebut Indrawati dihadiahkan kepada Raja Majapahit Prabu Brawijaya ke V, dengan suatu permintaan agar bangsa Cina diperbolehkan untuk tetap tinggal di tanah Jawa dan dijaga keselamatanya.

Prabu Brawijaya sangat terkesan dan tertarik akan kecantikan Dewi Indrawati, beliau menerima hadiah tersebut dengan senang hati, serta meluluskan permintaan Cina tersebut . Dari hasil perkawinan Prabu Brawijaya dengan Dewi Indrawati lahirlah R. Sultan Patah yang nantinya akan bergelar sebagai Sultan Kerajaan Islam Demak Bintoro.

Setelah Raden Patah ditetapkan oleh para Wali Tanah Jawa dalam musyawarahnya di Ngampel sebagai Sultan Kerajaan Demak yang berkuasa sekitar tahun 1500 - 1518 M . Saat itu Dewi Indrawati berkeinginan untuk menengok putranya yang dikabarkan telah menjadi Raja Kerajaan Islam Demak Bintoro. Kedatangan Dewi Indrawati, di Demak sedang berlangsung Musyawarah Para Wali untuk membahas perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Atas permintaan R. Ibrahim Sunan Bonang, serta persetujuan R. Patah beserta Ibunya Dewi Indrawati diajak ke Bonang Lasem untuk mengajar dan dan memimpin para Muslimat di Bonang. Akhirnya Putri Campa/Dewi Indrawati ibu Raden Patah menjadi muballighah hingga akhir hayatnya. Beliau wafat dan dimakamkan di dekat Pasujudan Kanjeng Sunan Bonang di desa Bonang Lasem.

 

    

0 komentar :

Poskan Komentar



 

Selasa, 01 Maret 2016

dongeng bhs inggris

Once upon a time, there was a beautiful princess named Kadita. Because of her beauty she was called Dewi Srengenge which mean The beautiful sun. Her father was King Munding Wangi. Although he had a beautiful daughter he always unhappy because he always expected to have a son. The King decided to merry Dewi Mutiara, and he had a son from her. He was very happy. Dewi Mutiara wanted her son to become a king in the future so she must make sure for it. Dewi mutiara came to the king and asked him to send away his daughter. Of course, the king did not agree. "It is ridiculous, I will not allow any body doing such cruel thing to my daughter", said King Munding Wangi. When she heard the answer, Dewi mutiara smiled and said a sweet thing until the king has not anger anymore. However, she kept her bad intention deep in her heart. 
In the morning before the sun raised, Dewi Mutiara sent her maid to call a black magician. She wanted the black magician to curse Kadita, her step daughter. " I want her beautiful body full with scabies and itch. If you succeeded I will reward you with the present you never thought before". The black magician did the queen order, in the night Kadita body has been full with scabies and itch. When She waked up , she found her body was smell stinky and have a ulcer all over her body. The beautiful princess cried and did not know what to do. 
When The King heard he was very sad, he invited many physician to cure her daughter illness. Day by the day nobody could cure her daughter. He realized that her daughter illness it was not a ordinary illness someone must send a curse or magic spell. His problem became more difficult when the Queen Dewi Mutiara forced him to send away her daughter. "Your daughter will bring a bad luck to whole country, said Dewi Mutiara. The king did not want her daughter become a bad rumour in whole country. Finally he must agree to send her only daughter to leave the country. 
 
The poor princess went alone, she didn't know to where she should go. She almost could not cry anymore. She had a nobble heart. She did not have any bad feeling with her step mother, instead she always asked the God to accompany her passed her suffer. 
 
Almost seven day and seven night she has walked until she came to south ocean. She looked at the ocean. It was so clean and clear, unlike other ocean which have a blue or green colour. She jumped onto the water and swim. Suddenly when the south ocean water touched her skin there was a miracle happened. Her ulcer has gone and there was no sign that she has ever had a scabies or itch. Even more she became more beautiful than before. Not only that she has a power to command whole of the south ocean. Now she became a fairy called Nyi Roro Kidul or The Queen of South Ocean who lived forever. 
 
This is the most spectacular legend until now in the modern life even when you read this story, many people from Indonesia or from other country has admitted that they have met the beautiful fairy queen wear a traditional dress of Java. One of the famous beach hotel has made a suit room specially for her.
Written In Indonesia  by : Soemanto, B. 1998. Cerita Rakyat Dari Yogyakara 2, Seri Pendidikan Budaya, PT Grasindo. Translated by Anonym.

makam putri cempa

.Putri Cempa Di GresikPutri Cempa Gresik

Makam Putri Cempa terletak sekitar 2 km disebelah timur bekas komplek Kedaton Giri, di Dusun Petukangan Kelurahan Gending berjarak 4 km dari alon-alon Kota Gresik ke arah barat daya.
Cungkup Makam Putri Cempa menghadap kearah selatan, berdenah bujursangkar dan beratap joglo. Dinding cungkup berbahan bata berspesi jirat dan nisan makamnya dibuat dari batu putih tanpa hiasan, dengan bentuk lancip dibagian atapnya.
Di situ bersemayam seorang putri dari negeri Campa (Vietnam) yang menjadi istri Sunan Giri.
Karena kagum dan terpesona dengan watak dan keluhuran budi pekerti Sunan Giri, maka putri jelita ini pun menikah dengan sunan. Ternyata, putri cantik ini adalah seorang saudagar negeri Campa atau Vietnam.
Versi lain tentang cerita Putri Campa ini ialah ia hanya menaruh hati kepada Sunan Giri. Namun, Sunan Giri tidak menanggapinya hingga akhir hayat putri itu.
Setelah mengikuti jejak Sunan Giri dalam memperjuangkan Islam di Pulau Jawa dan Gresik, Putri Campa yang oleh masyarakat Gresik dinamakan Putri Cempo.
Ia pun meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan secara Islam di perbukitan yang teduh. Pemakaman ini ditumbuhi pohon-pohon rindang dan tidak jauh dari kawasan Kebomas.

siapa putri cempa

Siapakah Puteri Champa ?
1). Sang Penakluk Hati Raja Majapahit (Prabu Brawijaya V) (Mojokerto)
2). Yang mengusik "Cinta" Sunan Giri (Gresik)
3). Yang makamnya di Desa Bonang, Lasem (Rembang)

Apakah dari "Champa" Kamboja atau justru dari "Jeumpa" Aceh ?


Peneliti Belanda, seperti Christiaan Snouck Hurgronje (lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun) dan lain-lainnya yang beranggapan bahwa Champa berada di sekitar wilayah Kamboja-Vietnam sekarang. Dengan teorinya ini kemudian mereka menyatakan bahwa Wali Songo yang berperan dalam proses Islamisasimenjadikan daerah ini sebagai basis perjuangan Islamisasi  JawaNusantaradengan mengenyampingkan sama sekali peranan Perlak, Pasai dan beberapa Kerajaan di sekitar Aceh dalam Islamisasi Nusantara. Karena mereka beranggapan bahwa Champa Kamboja-Vietnam adalah wilayah Islam yang jauh lebih maju dan berperadaban dibandingkan dengan beberapa wilayah di Aceh tersebut. Anehnya, teori inilah yang sangat populer dan menjadi rujukan sebagian besar para Cendekiawan Muslim.

Teori lain dikemukakan Gubernur Jendral Hindia Belanda dari Kerajaan Inggris yang juga seorang peneliti sosial, Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) dalam bukunya The History of Java. Teori Raffles menyebutkan bahwa Champa yang terkenal di Nusantara, bukan terletak di Kamboja sekarang sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Tapi Champa adalah nama daerah di sebuah wilayah di Aceh, yang terkenal dengan nama ”Jeumpa”. Champa adalah ucapan atau logat Jeumpa dengan dialek ”Jawa”. Jeumpa yang dinyatakan Raffles sekarang berada di sekitar daerah Kabupaten Bireuen Aceh.

Buat kami sementara ini adalah angan-angan terlalu tinggi untuk bisa menapaktilasi karena sudah lintas Negara ... namun sesuatu yang mungkin bila kami mampu menyelesaikan NAPAK TILAS GRESIK. Karena dari sini juga sebagai bentuk pelurusan sejarah.

sunan giri dan putri cempa

Awalnya kedaton ini dijadikan sebagai pusat penyebaran agama selain Islam yang diberi nama Tapanawa, lalu oleh Sunan Giri dikuasai dan diganti dengan hal-hal yang berbau Islami. Hubungan sex dan minum-minuman keras yang telah menjadi kultur atau budaya sebelum Islam, saat kedatangan Sunan Giri telah dihapuskan, dan kembali pada alquran dan as-Sunnah.Kedaton itu terletak di atas bukit dengan beberapa tingkatan.Dan di dalam kedaton itu masih terdapat sisa-sisa dari tempat penyebaran agama sebelum Islam.Misalnya bentuk kotak yang panjang seperti kolam itu sebelum Islam datang digunakan sebagai pusat pembakaran mayat.Dan ketika Sunan Giri datang tempat itu sebagai tempat mandi.Putri Campa itu berasal dari Campa atau sekarang bagian dari Vietnam yang melarikan diri dari kejaran, hingga akhirnya sampai di wilayah sekitar Sunan Giri.Bisa dikatakan bahwa artefak ini bersifat in situ, maksudnya masih ada ditempat asalnya dan belum terlepas dari lokasi asalnya.Sudah diketahui bahwa model makam Putri Cempa itu sama seperti makam-makam pembesar lainnya yakni meniru model Candi Hindhu-Budha yang arahnya  memutar dan yang berada di titik putarannya ialah makam itu sendiri. Bentuk dari makam ini sedikit pendek, karena jika yang dimakamkan itu bukanlah seorang raja, maka kuburannya pendek dan kecil, selain alasan itu ketika Putri Campa datang ke Jawa untuk meminta perlindungan dan kecilnya makam itu merupakan simbol dari perlindungan itu sendiri.


pusara putri cempa


Bulu kuduk saya merinding ketika pertama kali memasuki gapura kompleks Makam Putri Campa (Jawa = Cempo) di Trowulan, Jawa Timur. Betapa tidak, siang hari saja suasana di sekitar makam tampak lengang. Meski makam Putri Campa termasuk kuburan bersejarah nyatanya tak banyak orang yang menyukainya. Mereka yang berkunjung paling hanya sebatas pelaku ritual tertentu. Itu terlihat dari sisa lidi hio yang masih tertancap pada sudut-sudut tertentu dalam kompleks makam ini. Sebagian bangunan dalam kompleks makam tampak tak terurus. Apa karena ini sehingga aura mistis dalam kompleks makam Putri Campa terasa sekali. Beberapa pendapat menyebutkan kalau Campa adalah nama daerah yang sekarang dikenal sebagai Kamboja. Ada juga yang menyebutnya sebagai Vietnam. Bahkan nama Campa bila ditelusuri berdasarkan peta kuno justru malah berasal dari Parsi lama atau Iran kuno. Nisan kuno nan antik di kompleks makam Putri Campa 


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mawan.sidarta/menguak-misteri-pusara-putri-campa_5535a3306ea834c810da4316

alkisah putri cempa bonang

Setengah riwayat menyebutkan bahwa Putri Campa nama aslinya Dewi kasyifah putri S. Ibrahim Asmarakandi. Ketika masih kecil Putri Campa pergi menutut ilmu hingga sampai di negeri Campa. 
Seorang ahli sejarah meyebutkan bahwa Campa terletak di Kamboja (Indocina ), tetapi yang lain menyebutkan bahwa Campa terletak di Aceh. 
Di Negara Campa tersebut Kasyifah diambil anak angkat oleh seorang Tionghoa (Cina). Setelah diambil sebagai anak angkat, nama Kasyifah diganti dengan nama Indrawati. Setengah riwayat juga meyebutkan bahwa Kasyifah juga bernama Asiyah. 
Oleh orang Cina tersebut Indrawati dihadiahkan kepada Raja Majapahit Prabu Brawijaya ke V, dengan suatu permintaan agar bangsa Cina diperbolehkan untuk tetap tinggal di tanah Jawa dan dijaga keselamatanya. 
Prabu Brawijaya sangat terkesan dan tertarik akan kecantikan Dewi Indrawati, beliau menerima hadiah tersebut dengan senang hati, serta meluluskan permintaan Cina tersebut . Dari hasil perkawinan Prabu Brawijaya dengan Dewi Indrawati lahirlah R. Sultan Patah yang nantinya akan bergelar sebagai Sultan Kerajaan Islam Demak Bintoro. 
Setelah Raden Patah ditetapkan oleh para Wali Tanah Jawa dalam musyawarahnya di Ngampel sebagai Sultan Kerajaan Demak yang berkuasa sekitar tahun 1500 - 1518 M . Saat itu Dewi Indrawati berkeinginan untuk menengok putranya yang dikabarkan telah menjadi Raja Kerajaan Islam Demak Bintoro. Kedatangan Dewi Indrawati, di Demak sedang berlangsung Musyawarah Para Wali untuk membahas perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Atas permintaan R. Ibrahim Sunan Bonang, serta persetujuan R. Patah beserta Ibunya Dewi Indrawati diajak ke Bonang Lasem untuk mengajar dan dan memimpin para Muslimat di Bonang. Akhirnya Putri Campa/Dewi Indrawati ibu Raden Patah menjadi muballighah hingga akhir hayatnya. Beliau wafat dan dimakamkan di dekat Pasujudan Kanjeng Sunan Bonang di desa Bonang Lasem.